Sabtu, 14 April 2012

Komentar Saya Devi-Wenda Keluar Dari Cherrybelle

Sebelumnya saya ingin mengaku kalau ini adalah postingan pertama saya di blog ini.

Coba dibaca dulu postingan di atas, takutnya ada beberapa pendapat saya yang ga nyambung kalau tidak dibaca lebih dulu...


Kalau boleh berpendapat, saya senang sekali dengan posting-posting yang ada di blog ini karena saya melihat konten yang ada di sini tuh objektif, selain itu rasional dan terbuka dalam berpikir. Salut!

Lebih lanjut, saya mau komentar tentang posting Anda (pemilik address di atas) yang berjudul Tren boyband Girlband dan Demam K-Pop di Indonesia sama posting Anda berjudul Komentar Saya Soal Keluarnya Devi dan Wenda Dari Cherrybelle.

Posting pertama, saya setuju dengan pendapat Anda, tidak ada yang salah dengan merebaknya musik-musik boyband dan girlband belakangan ini. Saya terkadang suka bingung kalau ada orang yang menyalahkan apalagi menghujat tentang musik boy/girlband dari masyarakat, apalagi kalau yang menghujatnya itu sesama musisi (ironis rasanya...). Sesama musisi seharusnya mereka senang dengan semakin kayanya musik Indonesia. Masalah kualitas, skill, biarkan masyarakat saja yang menilai (soalnya kalau mereka sesama musisi yang komentar, kesannya jadi mereka ngerasa mereka lebih baik, lebih jago dari orang lain dan saya kurang suka itu. Saya sukanya makan seafood tapi ga pedes. *apaan sih?!) Terlepas dari plagiat atau tidak, soalnya originalitas itu menurut saya tidak dinilai dari konsep, musik, atau stylenya saja (Walaupun sedikit ngiris juga sih kalau memang faktanya plagiat soalnya nilai kreatifnya sedikit berkurang. Meskipun demikian lebih baik berpikir positif saja.) kalau ada memang kesamaan, saya lebih suka mengatakannya sebagai influenced atau inspired of. Siapa sih yang bisa dapat inspirasi dan pengaruh untuk menghasilkan sebuah karya tanpa pernah melihat karya orang lain? Semua orang pasti dalam menghasilkan karya, apapun karyanya, sebelumnya pasti ngelihat karya orang lain makannya mereka tertarik untuk berkarya (benar ga sih? Maklum saya belum punya karya apa-apa untuk dibanggain. Jadi, benar aja deh yaa! Biar cepet…). Menurut saya seperti itu.

Bukan hanya saat ini saja, tapi saat musik melayu merebak juga kondisinya sama. Pendapat saya juga akan sama seperti ini kalau suatu saat muncul lagi kasus yang sama.

Kalau masalah siklus, saya setuju kalau demam boy/girlband paling hanya bertahan 1 atau paling lama 3 tahun. Tapi meskipun demam itu hilang, akan ada 1 atau 2 kelompok yang bisa bertahan atau malah bisa meraih kesuksesan dalam waktu lama, seperti halnya AB Three yang mampu bertahan cukup lama (kalau suatu waktu demam itu muncul lagi, merekalah yang akan mewakili genre dari masanya). Dalam hal ini, saya cenderung memilih Smash dan Cherrybelle sebagai boy dan girlband yang pantas mewakili 'tim' dari genre mereka.

Alasan saya memilih mereka, atau saya menanggapi Cherrybelle saja biar lebih singkat, adalah karena mereka berhasil menonjolkan ciri khas dibarengi dengan kualitas dance dan vocal (secara girlband emang dari dua hal itu dinilainya, kan?), atraktif, tidak monoton (lagu, dance, kostum, stylenya itu-itu saja), dan yang jelas berkat mereka, boy/girlband berhasil mendapat tempat positif di masyarakat. Bayangin saja, cowok yang bergaya metal, muscular, sangar, jeger (mungkin pentolan di sekolahnya), bisa 'luluh' untuk menyanyi dan menirukan gaya Cherrybelle. Buat saya itu luar biasa. Kualitas mereka juga bisa dibilang oke. Vocal dan dance mereka bagus (meskipun masih banyak yang fals kalau live perform.), meskipun, hanya beberapa dari mereka saja menonjol dinilai dari dua hal ini. Tapi ga ada salahnya juga sih. Coba bayangin kalau semuanya menonjol, yang ada nanti malah patonjol-tonjol kalau kata orang Sunda mah. Mereka punya kualitas mereka masing-masing yang mumpuni untuk ikut berkontribusi dalam kelompok mereka.


‘Pada akhirnya yang menilai adalah kualitas dan seleksi alam', sekali lagi saya setuju banget sama pendapat Anda (yang posting di address di atas). Alangkah baik dan dewasanya kalau kita menanggapi sesuatu tanpa harus menghujat. Kalau memang kita tidak suka, cukup tidak menghiraukannya, dan kalau memang pendapat kita benar, toh mereka akan mati dengan sendirinya, tapi kalau pendapat kita salah, cukup lapang dada dan menghela nafas (ibarat pemain bola yang kalah di pertandingan). Intinya, biarkan mereka dengan urusan mereka sendiri, dan biarkan kita mengurus urusan kita sendiri. Kita juga pasti tidak suka kan urusan kita dicampuri oleh orang lain? Sebenarnya ini nasehat standar untuk diri sendiri sih, tapi tidak ada salahnya untuk diucapkan dan berusaha tetap dan terus ditanamkan.

Saya sih cuma berharap dengan adanya fenomena seperti ini, kalau nanti ada penghargaan untuk musisi semua genre di seluruh dunia, Indonesia masing-masing punya wakil untuk setiap genre. Rock udah banyak, jazz, blues, rap, melayu (rajanya malah...), solo, dan juga Indonesia bisa punya wakil di vocal group atau boy/girlband. Kalau hal ini terwujud, tentunya jadi kebanggaan tersendiri karena Indonesia berhasil menunjukan kalau dalam hal musik, Indonesia juga kaya dan tidak kalah dengan negara-negara lain.............

Kedua, saya sangat menyayangkan keluarnya Devi dan Wenda dari Cherrybelle. Dan kalau boleh jujur, saya juga suka dengan mereka, meskipun saya juga tidak mendeklarasikan kesukaan saya itu dengan menjadi Twibi mereka sama seperti Anda. Tapi, saya tertarik untuk mengamati dan mengikuti perkembangan Cherrybelle, atau lebih -sok- akrabnya saya bilang kalau saya peduli dengan mereka. Alasannya jelas karena mereka menarik, lagu-lagunya juga enak, dancenya jadi trend (saya ga ngerti gimana menilai dance. Tapi kalau musik, yaaah sedikit banyak bisa lah), cantik, lucu (walaupun lebay. Tapi ini mah lebaynya pure, ga maksa atau dibuat-buat.), pintar, dan yang paling utama, attitudenya baik terutama ke fans-fans mereka. Dari komposisi musik, lagu-lagu mereka punya dinamika dan harmoni yang bagus dibandingin girlband yang lain. Meskipun ciptaan orang lain, tapi mereka berhasil mengemas dan membawakannya dengan sangat baik (saya ngebayangin kalau lagu mereka ternyata dibawain sama 7icon. Saya yakin pasti ga bakal sesukses kalau mereka yang bawain.) Pertemuan antara kualitas lagu dengan kualitas musisinya itu jadi nilai penting bagaimana sebuah lagu bisa diterima di masyarakat. Ibaratnya, lagu-lagu seperti Dilema, Love is you, dll, berhasil menemukan jodohnya. Dan jodoh mereka adalah Cherrybelle. Begitupun sebaliknya...

Oh iya, saya mau cerita sedikit kalau diizinkan (Iya… Diizinkan! Silahkan! Saya kan yang punya blog… (-_-ll”)) tentang kenapa saya banyak mengamati tentang Cherrybelle dan akhirnya memutuskan untuk berkomentar tentang mereka.

Selain karena saya cukup mengagumi mereka sebagai girlband seperti yang sudah saya jelaskan di atas, alasan lainnya adalah karena adik perempuan saya yang umurnya masih delapan tahun ngefans abis sama Cherrybelle. Sejalan dengan yang sering dikatakan oleh personil Cherrybelle kalau mereka ingin menjadi girlband yang wonderkid alias disukai sama anak-anak (secara fans mereka banyak banget bocah-bocah), selalu membawa keceriaan dan semangat, serta menyebarkan virus positif, mereka berhasil memberikan hal-hal baik untuk adik saya. Kalau adik saya lagi nangis, tinggal beliin barang-barang berbau Cherrybelle, nangisnya berhenti seketika (makannya kamarnya numpuk tuh barang-barang warna pink, secara nangisnya sering banget sampai ga kehitung). Kalau adik saya lagi ngambek atau ada masalah sama temennya, tinggal pasang lagu atau video Cherrybelle, langsung dia joget-joget ga karuan walaupun sambil cemberut.

Terus kalau ditanya nanti kalau udah besar mau jadi apa, dia jawab “Mau jadi kaya kakak-kakak Cherrybelle.”
Saya balik nanya, “Emang Cherrybelle itu kaya gimana?”
Dia jawab lagi dengan wajah bingung khas anak kecil kalau disuruh untuk mendeskripsikan sesuatu, “Yaa cantik, baik, yaa gitu deh pokoknya. Mas (panggilan adik saya untuk saya) mah banyak nanya!”

Dari pengalaman percakapan itu, mungkin saya harus bilang ‘makasih’ untuk Cherrybelle karena sudah memberikan pengaruh baik untuk adik saya.

“Terima kasih.” (Semoga mereka baca. *ngarep!)


Enough chit-chat………………



Sekarang Cherrybelle ditinggal sama dua personilnya, Devi dan Wenda. Sebagai orang yang peduli dengan mereka, saya kecewa juga sih mendengarnya (tapi mau gimana lagi, saya tidak punya kuasa untuk merubahnya.). Alasannya jelas adalah karena mereka berangkat, berjuang, dan membangun Cherrybelle dari nol sampai sekarang Cherrybelle udah luar biasa populer. Banyak kenangan dan pengalaman yang pasti susah buat dilupain selama perjalanan mereka membangun semua itu, baik bagi mereka sendiri, juga bagi fans-fans mereka. Tidak hanya antar sesama personil, pasti juga antara krew dan managemennya. Sayang sekali kalau cerita antara mereka di Cherrybelle harus berakhir seperti itu. Kalau kata Pak Bijak, guru saya waktu SMP, "di mana ada pertemuan, pasti ada perpisahan." Mereka mengawalinya sama-sama dan akan menjadi indah kalau mereka juga mengakhirinya sama-sama.

Alasan mereka dikeluarkan, saya ambil dua alasan yang menjadi garis besar dari pihak managemen, yaitu brand dan umur. Saya akan coba menanggapi masing-masing dari dua sudut pandang.




BRAND

Sekali lagi, saya ingin mengutip kata-kata Anda (pemilik address di atas), ‘Manajemen Cherrybelle sangat pintar dalam urusan Marketing’. Saya sangat setuju dengan pendapat itu. Buktinya, Cherrybelle mampu menjadi girlband yang popularitasnya meroket dibandingkan dengan girlband-girlband yang lain. Show mereka di mana-mana, main film layar lebar, brand ambassador sejumlah produk, prestasi segudang, dan pastinya, punya honor setinggi langit. Saya menilai, manajemen Cherrybelle berhasil mengambil langkah-langkah tepat dan cerdas, yang terkonsep dengan sangat baik, dalam usaha mereka untuk melambungkan nama Cherrybelle.


Sudut pandang pertama adalah bisnis. Dari sudut pandang bisnis, saya lihat keputusan management Cherrybelle lumayan tepat. Kalau ada opsi untuk dipilih, saya mengambil dua opsi, yaitu diferensiasi produk dan rebranding. Tujuan dari brand adalah membentuk brand equity yang mampu memperoleh competitive advantage di pasar. Dalam arti umum, brand dibangun untuk membentuk image positif atas produk seperti yang diinginkan oleh penjualnya. Keunggulan itu yang kemudian akan memberi nilai tambah  dari masyarakat terhadap produk yang dijual sehingga masyarakat lebih memilih produk tersebut ketimbang produk yang  lain.
Untuk memberi gambaran besar, contohnya begini. Kenapa ayam goreng McDonald harganya lebih mahal ketimbang ayam goreng yang dijual di pinggir-pinggir jalan? Padahal rasa dan porsinya sama? Itu karena ayam goreng McDonald punya image positif dan competitive advantage (keunggulan kempetitif) dibanding ayam goreng yang ada di pinggir jalan. Kira-kira seperti itu, kalau dijelaskan lebih lanjut, bisa satu modul habis.

Kalau dianalogikan ke brand Cherrybelle. Bayangkan kalau ada girlband dengan sembilan personil, punya tingkah sama persis seperti Cherrybelle, kostum dan aksi yang tidak jauh berbeda dengan Cherrybelle. Atau katakan saja girlband tersebut memiliki konsep sama dengan Cherrybelle seperti yang dijelaskan oleh Pak Dino, selaku produser Cherrybelle, di acara ‘Ada Apa Dengan Cherrybelle’ di SCTV, Kamis, 12 April 2012, yaitu fun teen girl, skill dance and singing, dan good looking with star aura. Girlband mana yang akan anda pilih? Kalau anda memilih Cherrybelle, maka brand yang dibangun oleh management Cherrybelle berhasil. Kalau anda memilih girlband ‘tersebut’, berarti gagal.

Kalau bicara brand, pasti kita bicara bisnis. Dan kalau bicara bisnis, pasti kita bicara sesuatu yang berorientasi kepada profit. Dan kalau bicara profit, pasti kita bicara tentang sesuatu yang menjual. Dan kalau bicara tentang sesuatu yang menjual, pasti kita bicara produk dan jasa. Dan kalau kita bicara produk dan jasa, pasti kita bicara tentang Cherrybelle secara Cherrybelle adalah produk dan jasa dari si penjual, dalam hal ini pihak Management. Dan kalau kita bicara tentang diri saya sendiri.., pasti tidak akan ada yang peduli, jadi mari kita bicara tentang Cherrybelle saja.

Management memilih untuk tidak melakukan diferensiasi produk, melainkan melakukan rebranding. Saya anggap itu baik karena saya senang. Kenapa saya senang? Berikut penjelasannya…

Kenapa saya berkata demikian? Karena sejauh yang saya amati belakangan, Wenda dan Devi memang tidak seperti ketujuh personil yang lain. Seiring berjalannya waktu, mereka jadi terlihat lebih dewasa (saya sudah nonton film Love is U dan serial FTV Happy 21. Di film itu, Devi digambarin sebagai karakter yang dewasa banget. Dia selalu bisa menjadi teman curhat dan menjadi jalan keluar bagi teman-temannya yang mengalami masalah. Entah memang kenyataannya seperti itu atau tidak, saya hanya bisa berasumsi kalau sedikit banyak, karakter di film itu juga menggambarkan karakter Devi pada kenyataannya.), jaim (dalam arti kata baik, karena mereka sudah melewati masa-masa galau alias ABG. Mereka sudah bisa bersikap dewasa soalnya dari yang saya nilai, kalau misalnya sedang wawancara, gelagat dan ucapan mereka itu sudah dewasa banget lah (bingung gimana ngejelasinnya). Bukan berarti personil yang lainnya tidak, tapi Wenda dan Devi sudah tidak bisa mengimbangi sifat centil dari personil yang lain. Kasihan juga kalau mereka malah jadi imposter dengan tidak bisa menjadi diri mereka sendiri. Berbeda dengan personil yang lain. Personil yang lain masih bisa bersikap centil karena memang begitulah mereka.), dan mulai berpikir ke depan. Berpikir ke depan dalam hal ini, mereka tidak hanya berpikir ke depan untuk diri mereka sendiri, tapi juga untuk orang lain, teman-teman Cherrybelle, management, dan fans mereka. Mungkin hal-hal ini yang menyebabkan mereka tidak terlalu banyak bicara, tidak terlalu banyak terekspos, kalau dibandingkan dengan personil-personil yang lain. Kalau tidak disuruh berpendapat atau bicara waktu sesi interview, mereka ga bakal bicara sama sekali.

(catatan: bukan berarti saya menilai Wenda-Devi punya point lebih dengan sifat mereka itu. Maksud saya, di situlah letak perbedaan Devi dan Wenda dengan chibi yang lain. Kalau harus ngejelasin lebih dalam tentang chibi yang lain, nanti nyeleweng dari judulnya. *padahal ini aja udah nyeleweng. *benar ga yaa diksinya nyeleweng? Benar aja deh yaa! Biar cepet. Intinya adalah masing-masing chibi punya karakter yang positif, tapi masalahnya adalah Devi dan Wenda, menurut saya, memiliki karakter yang jauh berbeda dari chibi yang lain yang terkesan centil dan ‘cewek’ banget.)

Kembali ke masalah bisnis. Ada dua istilah yang ada, yaitu diferensiasi produk dan rebranding. Diferensiasi produk adalah hal-hal atau fitur yang membedakan produk satu dengan produk yang lain. Menghasilkan produk yang bervariasi untuk ditawarkan ke konsumen. Dalam hal ini, saya senang management Cherrybelle tidak mengambil keputusan untuk melakukan diferensiasi produk yang berarti mereka membentuk girlband baru untuk ditawarkan ke masyarakat. Kalau itu dilakukan, nanti core product mereka bisa berganti. Sederhananya, fokus management tidak lagi ke Cherrybelle. Bagaimana menyampaikan produk mereka  (Cherrybelle pastinya dalam hal ini) supaya masyarakat suka dan tertarik terhadap produk mereka. Porsi untuk Cherrybelle nanti bisa berkurang karena fokus management terbagi. Sebagai orang yang terlanjur mengamati Cherrybelle sampai ke akar-akarnya bahkan sampai terlanjur suka (hehe…) dengan Cherrybelle, saya tidak ingin itu terjadi.


Rebranding adalah modifikasi atau membentuk ulang produk yang sudah ada dengan tujuan memperkuat image brand yang sudah ada atau mengganti image brand yang sudah ada. Memperkuat image brand berarti dengan mengganti fitur-fitur di dalamnya dengan fitur-fitur yang lebih mendukung. Contoh mobil Toyota kijang LGX dengan mobil Toyota kijang Innova. Brand mereka tetap Toyota kijang tapi mereka melakukan perubahan fitur dan teknologi untuk memperharui produk mereka sehingga masyarakat semakin menyukai produk mereka. Brand mereka pun semakin kuat di masyarakat. Mengganti brand yang sudah ada adalah mengganti secara keseluruhan produk mereka. Misalkan contohnya adalah Lativi yang berubah menjadi TVOne. (Jadi meluber ke mana-mana ini. Oke… Saya janji mulai sekarang saya akan fokus ke Cherrybelle. Maafkan saya…)

Management Cherrybelle ingin memperkuat image brand Cherrybelle berdasarkan konsep yang sudah disepakati dengan mereplace alias mengganti Devi dan Wenda. Kalau alasannya adalah untuk memperkuat brand, saya sebenarnya setuju dan tidak setuju dengan keputusan management. Kenapa setuju? Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Karakter Devi dan Wenda dengan personil yang lain, sekaligus dengan konsep manajemen, sangat berbeda. Devi dan Wenda sepertinya kesulitan mengimbangi sifat centil personil lain sekaligus, menurut pengamatan saya, benar adanya, mereka tidak bisa lagi sepenuhnya menjalani konsep manajemen dengan baik.

Kenapa tidak setuju? Saya tidak menganggap perlu untuk mengganti mereka berdua. Kalau masalahnya adalah perbedaan, saya akan katakan begini, kenapa manajemen memilih Anisa sebagai personil? Sebagai catatan saja, Anisa adalah satu-satunya personil yang beragama islam. Dia juga satu-satunya personil yang appearance alias wajahnya Indonesia banget, tidak seperti personil lain yang punya wajah Indo. Memang sih, hal itu tidak ada hubungannya dengan konsep Cherrybelle, tapi toh perbedaan yang dimiliki Anisa justru berhasil menjadi daya tarik tersendiri bagi Cherrybelle. Anisa nyatanya punya fans yang sangat banyak. Hal yang dimiliki Anisa itu sulit untuk dirubah, atau malah tidak mungkin dirubah. Sama halnya dengan perbedaan yang dimiliki dengan Wenda dan Devi. Yang menjadi pertanyaan saya, kalau manajemen bisa 'menyisipkan' Anisa, dengan perbedaan yang dia miliki, kenapa manajemen tidak bisa melakukan hal yang sama terhadap Devi dan Wenda, dengan perbedaan yang mereka miliki, di Cherrybelle? Kenapa manajemen tidak bisa melepaskan perbedaan yang mereka miliki dari konsep yang sudah ada dan menjadikan perbedaan itu sebagai daya tarik tersendiri bagi Cherrybelle? Kalau agama dan appearance Anisa berhasil dilepas dari konsep, kenapa karakter Wenda dan Devi tidak bisa? Saya yakin dengan karakter mereka yang dewasa itu, mereka tetap bisa menjadi fun teen girl, atau dancer dan singer yang skillful, atau good looking with star aura. Kalau manajemen memilih untuk 'menyisipkan' perbedaan yang dimiliki Anisa, kenapa manajemen tidak memilih 'menyisipkan' perbedaan yang dimiliki Wenda dan Devi? Siapa tahu sifat dan sikap dewasa Wenda dan Devi justru menjadi daya tarik tersendiri dari Cherrybelle. Tanpa harus mengubah konsep yang sudah ada, 'menyisipkan' sifat dan sikap dewasa Wenda dan Devi di antara sifat centil dan childish dari ketujuh personil lainnya justru malah semakin memperkuat brand Cherrybelle, sekaligus otomatis membentuk image positif Cherrybelle yang ujung-ujungnya memberikan profit untuk manajemen. Seperti halnya Anisa, Devi dan Wenda bisa menjadi oase diantara sifat centil dan sikap kekanak-kanakan personil yang lain……

Sudut pandang kedua adalah produk. Berdasarkan pernyataan manajemen Cherrybelle saat press conference, saya bisa mengatakan bahwa kedudukan Cherrybelle adalah sebagai brand dan personil-personil Cherrybelle adalah produk di dalam brand tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa yang memegang kuasa atas sebuah brand dan produk adalah tentunya si penjualnya itu sendiri karena dia yang pertama kali memutuskan untuk membangun dan membentuk brand dan produk untuk ditawarkan ke masyarakat. Itu berarti, si penjual memiliki kuasa penuh atas brand atau produk apa yang ingin mereka tawarkan ke masyarakat. Dalam hal ini, manajemen bertindak sebagai penjual karena merekalah orang yang pertama kali membentuk Cherrybelle. Mereka yang mempelopori terbentuknya Cherrybelle. Mereka memiliki kuasa penuh atas produk mereka. Katakan saja begini, produk harus mengikuti apa keinginan penjual. Kalau produk itu tidak setuju, maka penjual tidak akan menjual produk tersebut. Kalau produk bersikukuh menolak, maka penjual akan membuang produk dan kalau produk itu mau dijual oleh orang lain, maka tidak boleh menggunakan brand milik si penjual. Kejam juga yaa kalau dianalogikan ke Cherrybelle, secara mereka kan manusia, masa diperjualbelikan. Tapi secara teori, bisnis memang begitu adanya.

Saya tidak berkata kalau manajemen Cherrybelle melakukan hal yang demikian. Saya juga tidak yakin kalau manajemen akan melakukan tindakan ‘buang saja' seperti itu karena sejauh yang saya amati, sempat beberapa kali di suatu acara, pihak manajemen ikut tersorot kamera TV. Dari beberapa kesempatan itu, saya menilai kalau manajemen sendiri juga punya kecintaan yang mendalam terhadap masing-masing personil Cherrybelle. Mereka memperlakukan personil dengan baik, bahkan menyediakan apartemen sebagai basecamp para personil. Pada beberapa kesempatan itu pula, terlihat jelas kalau personil pun sangat menyayangi manajemen mereka sehingga tidak ada kemungkinan menurut saya kalau pihak manajemen melakukan perubahan dengan mengganti Devi dan Wenda dengan alasan kejam, seperti mereka hanya mengejar keuntungan semata, atau mereka pribadi tidak suka dengan Devi dan Wenda, atau malah lebih parah ada yang mengatakan kalau manajemen Cherrybelle itu suka dengan daun muda. Itu salah besar menurut saya.

Jujur saja, awalnya saya kira isu Cherrybelle ini sengaja dihembuskan manajemen Cherrybelle untuk mendongkrak popularitas Cherrybelle. Secara waktu isu ini berhembus kan mereka lagi mau launching film layar lebar. Saya kira awalnya ini cuma sebagai strategi marketingnya manajemen saja. Ternyata, saya salah besar. Selain menjadi strategi marketing, ternyata berita ini benar adanya. Saya ingat waktu Cherrybelle tampil di acara Hitam Putih untuk kedua kalinya. Pertama kali itu saya dengar berita Cherrybelle akan ditinggalkan Wenda dan Devi. Waktu itu Sherly menyangkal berita tersebut dan bilang kalau berita itu cuma gosip. Sang host terus bilang kalau perbedaan gosip dengan fakta itu tipis. Gosip akan menjadi fakta kalau ternyata benar begitu adanya. Tapi saat itu, mereka (Cherrybelle) tetap menyangkal kabar tersebut meskipun mereka menanggapinya dengan wajah sedih. Saya membayangkan bagaimana jadinya kalau nanti Cherrybelle tampil lagi di Hitam Putih. Si Deddy pasti seneng banget tuh soalnya kata-kata dia benar jadi kenyataan.
Tapi sebenarnya saya pribadi menyangkal pernyataan yang mengatakan ada perbedaan tipis antara gosip dengan fakta. Gosip yaa gosip, fakta yaa fakta. Gosip itu spekulasi yang tidak beralasan kemudian disebarluaskan ke orang lain dan jadi bahan perbincangan. Gosip kalau terbukti, maka menjadi fakta. Terus kalau ga terbukti, jadi apa dong? Beda dengan asumsi atau opini karena walaupun terbukti atau tidak, keduanya masih bisa dipertanggungjawabkan karena ketika seseorang berasumsi atau beropini, mereka membawa nama mereka sendiri, bukan dari 'kata orang lain'. Kalau fakta, yaa jelas berbeda dengan gosip. Fakta adalah sebuah opini yang terbukti kebenarannya dengan didukung bukti dan landasan yang kuat serta dapat dibuktikan. Jadi, jelas dong perbedaan gosip dan fakta? Perbedaannya juga ga tipis, kan? Jauh banget...

Btw, Host Deddy tahu darimana yaa kalau Wenda-Devi mau keluar? Dia baca pikiran? Atau nguping? Atau sengaja ada yang membocorkan? Atau 'kata orang lain'? Ya udah sih, urusan dia juga itu. Ngapain dipikirin! Yaa gimana ga kepikiran kalau malah lu ungkit-ungkit? Ya udah, biar adil untuk semut dan cicak yang sama-sama bisa manjat dinding, kita lanjut aja...

Dari sudut pandang produk, menurut saya, kemungkinan yang paling mungkin adalah tidak adanya keselarasan antara produk dan penjual, dalam hal ini Devi dan Wenda sebagai produk dan penjual adalah manajemen. Ketidakselarasan itu bisa disebabkan perbedaan pemahaman atau prinsip. Analogi contohnya seperti ini, nasi goreng meminta manajemen McDonald untuk memasukan nama mereka ke dalam menu bersama ayam goreng di McDonald. Manajemen menganggap tidak mungkin menjual nasi goreng di McDonald karena menganggap konsumen mereka tidak suka dengan nasi goreng sehingga mereka berkata kepada si nasi goreng kalau mereka tidak bisa menjual nasi goreng. Akhirnya nasi goreng pun pindah ke KFC. Akhirnya nasi goreng pun dijual di KFC dan bukan di McDonald. Akhirnya nasi goreng laku dijual di KFC. Akhirnya McDonald pun menyesal karena tidak menjual nasi goreng. Akhirnya saya bingung saya ngomong apa ini.

Lagi-lagi, hal ini mungkin terdengar kejam kalau kita menganalogikannya ke Cherrybelle. Tapi bisnis memang begitulah adanya. Toh akhirnya hal itu menjadi baik untuk kedua pihak. Nasi goreng bisa terjual di KFC dan McDonald tidak harus menggabungkan nasi goreng dengan ayam goreng ke dalam menu mereka.

Ngomong-ngomong, saya belum makan malam nih gara-gara nulis postingan ini… Hadeuuhh… (Ya udah sih. Itu kan derita gw!)

Mau bagaimanapun, produk yang sudah mengalami perubahan tidak akan bisa sama dengan produk sebelumnya. Cherrybelle yang konon akan diisi dengan dua personil baru, tidak akan pernah sama dengan Cherrybelle saat masih diperkuat oleh Devi dan Wenda. Saya berharap manajemen sudah memiliki strategi yang tepat untuk menanggapi hal itu, tidak hanya untuk Cherrybelle saja, tapi untuk Devi dan Wenda juga. Karena walau bagaimanapun, Devi dan Wenda punya jasa dan andil besar sehingga Cherrybelle bisa seperti sekarang. Mungkin mengajak Devi atau Wenda bergabung ke tim manajemen? Tidak sebagai produk, tapi sebagai penjual? Setidaknya, manajemen serta personil Cherrybelle yang tersisa wajib mendukung dan membantu jalan yang akan Wenda dan Devi tempuh selanjutnya.

Kembali pilihan antara setuju atau tidak setuju. Kalau dari sudut pandang produk, saya setuju sepenuhnya dengan keputusan manajemen. Manajemen tidak mungkin membiarkan ketidakselarasan yang ada dengan terus mempertahankan Devi dan Wenda. Nanti yang ada, konsumen mereka yang jadi ‘korban’. Mungkin satu yang saya sayangkan, tidak adanya titik temu untuk menyelaraskan keinginan Devi-Wenda dengan keinginan manajemen, berujung pada dikeluarkannya Wenda-Devi. Pengeluaran itu tentu mencederai kekompakan yang selama ini selalu digadang-gadang menjadi daya tarik utama Cherrybelle. Keluarnya Devi-Wenda menjadi catatan kelak bahwa sekeras apapun Cherrybelle berusaha untuk terlihat kompak dengan dua personil baru mereka, mereka tetap tidak akan bisa menghapus sejarah kelam yang mereka miliki karena mereka pernah mengalami perpecahan.

Kira-kira begitu pendapat saya kalau dilihat dari alasan manajemen mengeluarkan Wenda-Devi kalau dilihat dari alasan mereka, yaitu brand.

Selanjutnya adalah… (anda yang baca pasti udah pusing, saya yang nulisnya aja pusing. Lagian kenapa juga saya masih nerusin nulis beginian? Lebih lagian lagi, kenapa juga kalian masih nerusin baca beginian? Semuanya gara-gara Cherrybelle…)



UMUR

Mungkin alasan ini yang membuat para twibi gonjang-ganjing, di twitter lah, pesbuk lah, di mana media manapun itu pokoknya. Bagaimana tidak? Gara-gara umur, Wenda dan Devi dikeluarkan dari Cherrybelle. Apa manajemen tidak memperhitungkan hal itu saat memilih Wenda dan Devi waktu audisi? Ga mungkin juga kali saat audisi mereka beranggapan kalau Devi (23 tahun) dan Wenda (21 tahun) tidak bisa bertambah umurnya. Secara menusiawi banget kalau semakin berjalannya waktu, maka umur manusia juga akan semakin bertambah. Setelah satu tahun, sudah pasti umur mereka bertambah satu, setelah dua tahun, akan bertambah dua, begitupun seterusnya kalau pakai rumus matematika tentang menghitung luas persegi panjang. Jadi, tahun-tahun ke depan, satu per satu anggota Cherrybelle akan dikeluarkan? Sisanya nanti yang terakhir keluar adalah Gigi, secara dia personil yang paling muda. Kasihan juga nanti si Gigi, biasanya dia yang dimudakan, tiba-tiba dia jadi dituakan oleh personil yang lain…

Tapi tunggu dulu!

Lalu apa arti dari ucapan Christy dan Sherly pada saat acara konser ulang tahun Cherrybelle yang pertama dengan berharap kalau angka satu yang ada di kue ulang tahun mereka bisa bertambah menjadi dua, tiga, empat, dst. dsb. dll. dkk. dljj.? Toh kalau nanti mereka sudah mencapai usia dewasa (usia remaja 22 tahun < usia dewasa < 50 tahun usia ketuaan, *menurut teori ngasal) posisi mereka di Cherrybelle akan diganti. Berdasarkan analisis saya, ketika mereka mengucapkan hal itu, mereka tidak tahu apa-apa mengenai rencana manajemen untuk mengganti personil Cherrybelle yang sudah mencapai usia dewasa. Karena mereka tidak tahu apa-apa, itu berarti perkara usia Devi dan Wenda memang tidak ada dari awal. Perkara itu tiba-tiba saja muncul ke permukaan. Terlepas dari perkara itu benar adanya atau hanya dibuat-buat, yang jelas pada saat itu mereka tidak mengira kalau satu bulan setengah setelah acara itu, mereka ditinggal oleh dua personil mereka karena konon alasannya adalah masalah usia. Kalau mereka sudah tahu atau kalau berita itu sudah tercium oleh mereka, tidak mungkin mereka mengucapkan permohonan seperti itu karena tentunya mereka sudah tahu kalau mereka akhirnya harus meninggalkan Cherrybelle dalam waktu dua atau tiga tahun ke depan dan Cherrybelle dipastikan tidak akan bertahan sampai usia empat tahun karena kehabisan personil.

Apakah kita benar-benar mengira manajemen Cherrybelle sebodoh itu (maaf yaa, pak manajemen…)? Saya yakin mereka cukup pintar untuk memperhitungkan usia Devi dan Wenda (kalau saat audisi usia mereka 23 dan 21, maka tahun depannya usia mereka pasti 24 dan 22. Orang saya aja lulus matematika, apalagi mereka). Apakah kita benar-benar mengira kalau manajemen Cherrybelle tidak berpikir panjang saat audisi mereka memilih Devi dan Wenda? Mereka sendiri kog yang bilang kalau usia Devi jadi salah satu faktor pertimbangan mereka sebelum akhirnya mereka memilih Devi untuk bergabung di Cherrybelle (ada tuh di salah satu artikel. Saya lupa referensinya apa. Cari aja sendiri.). Jadi, bahkan saat audisi, saya yakin mereka sudah memperhitungkan dan mempertimbangkan masak-masak tentang masalah umur.

“Jadi, apa dong masalahnya?”, tanya salah satu pembaca.
“Iya. Kasih tahu dong!”, kata teman si pembaca yang sedang ikut membaca.
“Tahu nih. Ribet banget dah perasaan.”, ucap ibu si pembaca yang juga sedang ikut membaca.
“Sudah… Sudah… Sabar… Lanjutin aja bacanya. Nanti juga dikasih tahu.”, ujar bapak si pembaca yang juga sedang ikut membaca dengan bijaksana meskipun dia sendiri tidak terlalu tertarik untuk terus membaca.
“Sebentar. Saya bikin kopi dulu.”, saya menanggapi dengan santai tanpa rasa bersalah.

Sebelumnya, sekali lagi saya ingin menekankan kalau tulisan ini adalah murni pendapat saya. Pendapat saya ini berdasarkan intuisi dan pengamatan saya dengan mengikuti perkembangan berita Cherrybelle di internet dan televise. Data-data yang saya dapat juga tidak langsung saya dapat dari pihak yang bersangkutan. Saya cuma dapat dari media, saya tidak tahu data-data dari media itu benar adanya atau tidak (secara media kan kadang-kadang suka lebay juga kalau nayangin dan nulis berita), jadi saya mohon maafkan saya… Saya tidak ingin dianggap sebagai orang yang dengan sengaja mencemarkan nama buruk atau ikut campur urusan orang lain. “Saya mohon maaf kalau pernah ada salah. Karena kita manusia dan manusia itu tidak luput dari kesalahan.”, ucap Wenda saat ditanya Indra Bekti di acara press conference. Jadi, pembaca bebas sebebas-bebasnya menilai pendapat saya ini dan kalau pembaca punya pendapat lain, silahkan mengumpat dan menghujat pendapat saya ini. Saya mah orangnya asik-asik aja kaya lagunya Ayu Ting-Ting yang bisa bikin orang ronda jadi joget dangdut di pos rondanya.

Btw, Christy chibi ternyata suka dangdut juga loh, hahahahaa…

“Cepetan! Anak saya udah nungguin nih!”, jengkel bapak si pembaca yang usut punya usut berupa benang kusut berbentuk kerucut manggut-manggut, ternyata juga seorang twiboy sejati.
“Iya, pak. Ampun.”, ucap saya pasrah pada Ilahi.

Kembali ke masalah keluarnya Devi-Wenda dari Cherrybelle. Saya akan berkata menanggapi ucapan yang menjadi alasan manajemen Cherrybelle mengeluarkan (kalau bahasanya memecat kayanya kurang etis) Wenda-Devi. Kata saya, “They did it on a purpose.” Tahukan maksudnya? Pake google translate aja yaa, soalnya saya juga pakai google translate.

Ada alasan lain dibalik alasan mereka mengatakan ‘umur’ sebagai faktor dikeluarkannya Wenda-Devi. Mereka berkata seperti itu untuk kebaikan pihak lain. Pihak lain? Siapa? Yang jelas bukan pihak ketiga kaya kasus perceraian artis-artis kita kebanyakan. Ada alasan lain yang tidak mungkin mereka ungkapkan ke media. Alasannya apa? Mari kita mengamatinya dari dua sudut pandang.

Seperti alasan sebelumnya, saya mengamati kejadian ini dari dua sudut pandang. Pertama, sudut pandang manajemen. Kedua, sudut pandang personil.

Sudut pandang pertama adalah manajemen. Ada dua kemungkinan kenapa isu keluarnya Wenda-Devi sampai ada. Kalau bukan Wenda-Devi sendiri yang mengajukan permohonan pengunduran diri, berarti ide itu muncul dari pihak manajemen. Tapi saya lebih yakin kalau isu itu muncul dari ide manajemen. Kenapa? Soalnya menurut saya kalau Wenda-Devi mengundurkan diri, itu tidak mungkin. Kenapa tidak mungkin? Yaa ga mungkin aja. Suka-suka saya dong. Terserah Devi-Wenda lah mereka mau mengundurkan diri apa engga. Tapi kalau mereka mau mengundurkan diri, menurut saya ga mungkin (keukeuh...). Paling kalau memang mereka mengajukan surat pengunduran diri, pasti itu mereka lakukan setelah isu pengeluaran mereka muncul ke permukaan. Jadi, mungkin yang ada di pikiran Wenda-Devi, sebelum mereka dikeluarin, mendingan mereka duluan yang ngajuin pengunduran diri. Atau mungkin seperti ini, Wenda dan Devi itu kan soulmate-an banget, sebenarnya yang mau dikeluarin itu salah satu dari mereka aja, tapi karena Wenda atau Devinya tidak setuju salah satu dari mereka dikeluarin, jadinya mereka berdua deh yang keluar. Gila! Kenapa jadi gossip gini? Bohong! Bohong! Semua itu hanya prediksi dan intuisi semata. Tapi gossip kan awalnya dari prediksi juga? Yaa.., kalau begitu.., anggap ini sebagai saya yang sok tahu, hheu…

Dari pihak manajemen, pendapat saya, saya yakin 100% alasannya bukan karena umur. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, mereka pasti sudah mempertimbangkan hal itu sebelum menerima Wenda-Devi di Cherrybelle. Lagian usia Devi kan 24, sedangkan Wenda 22. Kalau masalahnya usia, kenapa Devi diterima audisi pada usianya waktu itu udah 23, Wenda aja dikeluarin umur 22. Atau lagian kan usia Wenda 22, kenapa tidak menunggu sampai 24 aja dulu sebelum dikeluarin? Jadi kan aturannya jelas tuh  kalau tentang umur. Terlalu rancu dan ambigu mana yang harus dijadikan patokan kalau alasannya adalah usia. Kalau dibilang manajemennya plin-plan atau tidak komitmen, saya rasa tidak. Saya yakin mereka adalah orang-orang professional yang berpikir secara professional dan bertindak juga secara professional.

Kalau boleh saya bilang, alasan umur memang kejam rasanya untuk dikatakan, tapi alasan itu juga adalah alasan teraman yang dinyatakan oleh manajemen. Aman sekaligus tepat untuk dikatakan. Kenapa gitu? Apa maksudnya? Siapa yang aman?

Sering tuh kalau lagi diwawancara atau di suatu acara, personil Cherrybelle nyeletuk, “Devi kan yang paling tua diantara kita.” Devinya sih ketawa-ketiwi aja nanggepin. Tapi tahu-tahunya celetukan-celetukan itu malah menjadi alasan Wenda-Devi dikeluarkan dari Cherrybelle.

Coba kita pertimbangkan kemungkinan lain yang jadi alasan. Katakan saja Wenda-Devi sudah punya pacar, padahal itu pelanggaran aturan sakral Cherrybelle. Saya sih tidak yakin kalau karena mereka pacaran, mereka jadi harus dikeluarkan. Soalnya cukup ditegur atau dikenakan sangsi, masalah itu kelar. Bayangin saja kalau Cherrybelle itu benar-benar bertahan lama, masa personil Cherrybelle ga boleh pacaran seumur hidup? Kasihan mereka lah nanti jadi perawan tua. Keburu ga laku. Toh satu per satu dari mereka juga akan pacaran terus menikah. Apa kalau seperti itu nanti satu per satu anggota Cherrybelle dikeluarkan? Jadi, kemungkinan ini gugur.

Kemungkinan selanjutnya, ada konflik yang terjadi antara Wenda-Devi dengan personil lain, atau antara Wenda-Devi dengan manajemen. Banjir air mata yang terjadi saat press conference sepertinya cukup untuk membuktikan kalau tidak ada konflik di antara mereka. Bodo amat deh kalau ada yang sarcastic bilang itu air mata acting, air mata buaya dll., yang jelas saya menilai air mata itu air mata kesedihan yang tulus dan tidak rela Devi-Wenda sampai dikeluarkan dari Cherrybelle. Saya berbicara tentang intuisi. Konflik Wenda-Devi dengan personil lain berarti gugur.

Konflik Wenda-Devi dengan manajemen, paling kaya yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Ada ketidakselarasan antara mereka. Di sinilah saya katakan aman dan tepat. Jikalau mereka memang terlibat konflik seperti mereka berantem gontok-gontokan, atau hina-hinaan, atau sumpah-sumpahan, atau santet-santetan, tidak mungkin kan mereka mengatakan hal itu di depan media? Ga mungkin Devi bilang, “saya dipukul pak produser!” atau pak produsernya bilang, “Mereka (Wenda-Devi) jelek. Suara dan dance mereka jelek. Tidak punya kharisma. Makannya saya keluarin mereka!” Meskipun, saya juga sadar, ga mungkin masalahnya selebay itu. Jadi kaya masalah anak SMP kalo begitu mah.

Kemungkinan selanjutnya, Devi-Wenda kalah kualitas dengan personil-personil yang lain. Dude, Devi itu main vocal di Cherrybelle. Wenda juga salah satu personil yang punya fans paling banyak berdasarkan statistik dari responden di tempat saya tinggal (penghuninya cuma 5 orang). Jadi, ga mungkin mereka kalah kualitas dibandingkan personil yang lain. Seperti yang saya bilang sebelumnya, masing-masing personil punya kapabilitas mereka masing-masing untuk berkontribusi di Cherrybelle, tidak terkecuali Wenda-Devi. Jadi, kemungkinan ini gagal.

Kemungkinan yang lain, Wenda-Devi terlibat konflik dengan pihak ketiga, mungkin fans, sponsor, media, atau siapapun. Hmm..., speechless. Sejauh yang amati, saya cuma bisa bilang, Devi-Wenda punya attitude yang baik kog dalam menghadapi orang lain. Sekalipun hal ini memang benar adanya, kecil banget tapi kemungkinannya, pasti gara-gara salah paham. Misal,
Wenda berkata dengan bercanda dan tidak ada maksud jahat apa-apa, "Tu orang kepalanya botak."
Orang yang dimaksud, "Apa lu bilang, kepala gw botak? Lu pikir kepala gw bola. Gw tuntut lu atas pencemaran nama baik!"
Atau sebaliknya, orang botak yang ngatain Wenda botak, terus Wenda marah.
Kira-kira perandaian 'lebay'nya seperti itu untuk kemungkinan yang satu ini. Entah bagaimana bentuk konflik atau cara berkonfliknya, yang jelas gara-gara salah paham makannya jadi besar.
Tapi kemungkinan ini gugur karena, kalau menurut saya, hal-hal seperti ini sih ga harus sampai ngeluarin Wenda-Devi juga bisa.

Kemungkinan yang lain, manajemen tidak suka dengan Wenda-Devi. Tapi kalau itu sepertinya udah masuk ke konflik Wenda-Devi dengan manajemen di atas.
Jadi, apa lagi dong? Sejauh ini, itu saja yang terpikirkan oleh saya...

Jadi, memilih umur sebagai alasan dikeluarkannya Wenda-Devi dianggap sebagai alasan yang paling tepat untuk dikemukakan ke media. Karena kalau alasan yang dikemukakan seperti di atas, bisa-bisa image Cherrybelle benar-benar hancur. Image itu termasuk salah satu hal penting di dunia bisnis loh. Kalau image produknya saja sudah jelek, siapa yang mau beli? Masalahnya adalah bagaimana bentuk image itu juga dibuktikan dengan tindakan dan realitanya. Alasan umur mungkin mereka anggap paling aman karena mereka tidak menemukan alasan lain yang lebih aman. Selain itu, 'kebetulan' Wenda-Devi emang personil yang usianya paling tua, jadi semakin mendukung manajemen mereka deh. Sebenarnya aman apa sih maksudnya? Saya punya dua teori untuk hal ini.

Pertama, untuk kebaikan manajemen, katakan saja manajemen punya dendam terhadap Wenda-Devi. Bandingkan kalau misalnya alasan itu yang dikemukakan ke media. Image manajemen bisa hancur lebur, kan? Devi-Wenda tentu tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghilangkan dendam manajemen terhadap mereka. Namun apa mau dikata, Devi-Wenda sudah terlanjur menganggap manajemen seperti keluarga mereka sendiri. Apa mereka mau menyebarkan aib keluarga mereka sendiri? Maka dari itu, mereka memutuskan untuk menjadikan 'umur' sebagai alasan karena 'umur' adalah sesuatu yang tidak terelakan dan tidak bisa dilawan oleh mereka. Bandingkan bagaimana jadinya kalau mereka menggunakan alasan itu. Dengan alasan usia, mereka akan berada di pihak yang ‘salah’ karena usia mereka yang ‘berlebih’. Mereka melindungi manajemen supaya manajemen tidak mengatakan alasan manajemen sesungguhnya kenapa mengeluarkan mereka. Karena apabila alasan itu yang dikemukakan, image manajemen Cherrybelle pasti jadi jelek. Dalam hal ini, Devi-Wenda mengorbankan image mereka yang jadi jelek, asalkan image manajemen bisa tetap terjaga.

Kedua, untuk kebaikan Devi-Wenda. Bagaimana ceritanya kalau ternyata yang melakukan kesalahan adalah Wenda-Devi. Mereka melakukan kesalahan kontemporer, kesalahan personal yang tidak bisa dimaafkan oleh manajemen. Katakan saja, Wenda-Devi ikut bergabung ke dalam organisasi mafia (ngarang banget dah. Lagi nonton film tentang mafia-mafiaan soalnya nih... Yaa namanya juga perandaian). Bandingkan kalau alasan itu yang dikemukakan ke media. Otomatis image Devi-Wenda bisa hancur. Jadi, bagaimana manajemen melindungi image Wenda-Devi? Manajemen akhirnya memutuskan untuk menanggung beban itu sendiri. Terbukti, dengan alasan itu, banyak yang menyalahkan manajemen atas keluarnya Devi-Wenda, dan banyak yang menyayangkan keluarnya Devi-Wenda dari Cherrybelle. Manajemen ingin melindungi Wenda-Devi agar mereka berdua bisa keluar dari Cherrybelle dengan tenang dan baik-baik. Alasan usia dianggap sebagai kebodohan manajemen dan image Devi-Wenda pun bisa tetap terjaga.

Jadi, terbukti aman kan? Masih ga ngerti? Tentu saja aman untuk ketujuh personil yang lain. Devi-Wenda dan manajemen Cherrybelle memutuskan untuk menggunakan alasan usia untuk melindungi tujuh personil yang lain. Apapun alasan yang tidak dikemukakan ke media dan sebenarnya menjadi konflik di balik semua itu, alasan usia menjadi alasan yang tidak mungkin bisa dicampurtangani oleh mereka bertujuh. Media tidak akan menghujat mereka atas keluarnya Wenda-Devi karena semua kritikan pasti akan tertuju ke manajemen Cherrybelle. Sekalipun ada media yang menyalahkan tujuh personil yang lain, media itu benar-benar tidak tahu diri. Karena sudah banyak sekali pihak yang berkorban perasaan untuk keputusan ini. Jadi, kalau sampai ada media yang menambah beban tujuh personil Cherrybelle yang lain, apalagi mereka sedang bersedih karena harus berpisah jalan dengan dua sahabat mereka, media itu benar-benar media perusak! Mereka adalah media yang haus untuk menjatuhkan orang lain berkedok menyampaikan fakta kepada masyarakat.

Berkat celetukan-celetukan bercanda yang mengatakan kalau Devi adalah personil yang paling tua, sekaligus yang paling dewasa, jadi saya bisa menilai keputusan manajemen untuk memilih alasan umur adalah alasan yang tepat. Intuisi saya mengatakan, berkat celetuk-celetukan itu, usia tidak pernah menjadi beban bagi ketujuh personil yang lain untuk tetap berkarya bersama. Alasan itu dikatakan untuk kebaikan masing-masing pihak, karena ada alasan yang bertujuan untuk melindungi pihak lain. Saya tidak ingin mencampuri lebih lanjut masalah apa sebenarnya yang ada, antara Devi-Wenda dengan manajemen, yang jelas mereka sudah melakukan yang terbaik untuk ketujuh personil chibi yang lain ketika keputusan untuk mengeluarkan Wenda-Devi harus benar-benar diketok palu.

Sudut pandang kedua adalah personil. Saya yakin keluarnya Wenda-Devi dari Cherrybelle menjadi pukulan telak untuk semua personil, termasuk Wenda-Devi sendiri. Kebersamaan dan kekompakan yang sudah setengah mati mereka pertahankan harus berakhir seperti ini. Apalagi kalau melihat perjuangan dan pengorbanan mereka dari awal audisi sampai sekarang, hal itu pasti tidak mudah untuk dilupakan. Mereka sama-sama berjuang dan membangun semuanya dari nol. Sama-sama banting tulang dan jatuh bangun menaklukan kerasnya persaingan di industri musik Indonesia.

Saya ingin mengutip ucapan Pak Teguh saat press conference. Beliau menganalogikan perubahan di tubuh Cherrybelle ini ibarat tim sepak bola yang ditinggalkan pemain bintangnya. Katakan saja Manchester United yang ditinggal oleh David Beckham. Benar memang, saat David Beckham pindah, MU sempat mengalami masa-masa sulit. Tapi akhirnya MU bangkit dan berhasil mencetak bintang-bintang baru dan kembali meraih prestasi. Satu hal yang perlu diingat, saat David Beckham pindah, tidak ada lagi permainan umpan lambung secantik saat MU masih diperkuat Beckham, tidak ada lagi spesialis tendangan bebas melengkung ala Beckham, tidak ada lagi bintang lapangan bak artis Hollywood di MU yang tenar setenar Beckham. Secara umum saya katakan, permainan MU berubah total saat MU ditinggal oleh David Beckham. Selain itu, pindahnya Beckham juga memicu pemain-pemain lain untuk ikut pindah ke klub lain, mengikuti jejak Beckham.

“Tidak ada lagi Wenda yang memasak makanan saat kami lapar. Tidak ada lagi Devi yang selalu membawa tisu ke mana-mana.”, ucap Sherly. Hal itu pasti benar adanya. Sebuah perubahan pasti meninggalkan hal-hal lama dan menggantinya dengan hal-hal baru. Masalahnya adalah apakah perubahan itu membawa Cherrybelle menjadi lebih baik? Apakah mereka mampu menjalaninya? Biarkan waktu yang menjawabnya. Kalau waktu sudah menjawab, baru deh saya ngoceh lagi.

Selama satu tahun, chemistry yang terbangun diantara mereka pasti sudah terbentuk sangat erat. Satu tahun itu bukan waktu sebentar apalagi satu tahun itu adalah masa-masa di mana mereka membangun. Kalau secara psikologis, satu jam belajar fisika (saya benci sekali dengan guru fisika saya waktu SMA. Galaknya bukan main... Hiii...) terasa lebih lama dibandingkan satu jam main game. Satu tahun membangun popularitas akan terasa lebih lama dibandingkan dengan satu tahun menikmati popularitas. Meskipun saat ditanya mengenai pembangunan chemistry di antara mereka saat nanti mereka harus kedatangan dua personil baru yang menggantikan posisi Devi dan Wenda, Gigi menanggapi, “Kami siap menjalani semuanya dari awal.” ‘Awal’ yang akan mereka jalani dengan dua personil baru tidak akan sama dengan ‘awal’ saat mereka mengawali semuanya dengan Wenda-Devi. Saat itu mereka tidak kenal satu sama lain, tapi sekarang ketujuh personil yang masih ada sudah kenal dan menjadi sahabat satu dengan yang lain. Akan ada gap layaknya senior dan junior kalau nanti datang personil baru. Saat membangunnya dengan Devi-Wenda, gap itu tidak ada. Sekarang, walaupun sekeras apapun mereka mengabaikan gap terhadap dengan dua personil yang kelak akan menjadi junior dan mengisi kekosongan yang ditinggal Devi-Wenda, sikap senior-junior tetap pasti akan ada. Berdasarkan pengalaman saya berorganisasi, sekeras apapun gap senior-junior diabaikan, tetap tidak bisa dihilangkan. Masalahnya adalah bagaimana mereka meminimalisir gap tersebut. Tapi yang jelas, caranya pasti akan berbeda dari saat mereka masih diperkuat Devi-Wenda. Cara yang berbeda itu tidak hanya berlaku antara senior ke junior atau junior ke senior saja, tapi perbedaan itu juga harus dilakukan oleh semua personil Chibi, antara Ryn ke Felly, antara Anisa ke Angel, Gigi ke Christy, dan seterusnya dan sebaliknya, kalau mereka mau menjalin kekompakan dengan dua personil baru yang nanti akan bergabung. Kalau membayangkannya, saya jadi kasihan ke Sherly. Dia kan leadernya tuh jadi tanggung jawab untuk membangun kekompakan antar sesama personil pasti lebih besar ditanggung oleh dia. Dia, termasuk personil yang lain, harus pintar-pintar dan banyak korban perasaan lagi kalau mau membangun kekompakan dari awal.

Saya memaklumi ucapan Sherly, “Kami tidak rela dengan keputusan ini.” Rela tidak tidak rela, mereka harus menghadapinya. Kalau boleh saya bilang, ini adalah ujian terberat yang pernah dialami oleh Cherrybelle. Mereka harus bisa menaklukan masa-masa sedih ini dengan terus semangat dan berjuang dan saya yakin mereka bisa melakukannya.

Saya sebenarnya ingin berkata, terlepas dari kemungkinan apakah ini hanya strategi marketing dari manajemen, atau apakah Wenda-Devi memang berdasarkan keinginan mereka untuk sendiri melepaskan diri dari Cherrybelle, yang jelas, para personil Cherrybelle sudah berusaha dan berhasil menjalani masalah ini dengan sangat baik. Mereka tetap menjalani kewajiban mereka dengan baik di atas semua carut marut ini. Tetap berusaha menyangkal kabar perpecahan mereka meskipun itu benar adanya. Saat mereka berbohong dengan berkata semuanya baik-baik saja, yang paling terluka sebenarnya adalah mereka sendiri. Di saat mereka ingin mencurahkan seluruh keluh kesah, mereka malah diwajibkan untuk menghibur orang lain dengan berusaha meredam isu yang ada agar fans-fans mereka tidak ikut resah dengan berkata kalau mereka baik-baik saja. Sebagian mungkin akan berkata kalau Cherrybelle akhirnya menelan ludah mereka sendiri. Tapi saya akan berkata kalau mereka adalah gadis-gadis kuat yang mampu tetap bertahan meladeni pertanyaan-pertanyaan media dengan menyembunyikan kesedihan mereka sendiri. Mereka bisa tetap tertawa di luar, meskipun di dalam mereka menangis (udah kaya drama Korea aja nih...). Tujuannya untuk apa? Apalagi kalau bukan karena mereka ingin menenangkan fans mereka? Sementara mereka sendiri butuh untuk ditenangkan, mereka malah berusaha menenangkan orang lain.

Sudah seharusnya seorang idola melakukan hal seperti itu. Sebelum perpecahan ini secara resmi diumumkan, mereka terus berjuang berkata mereka baik-baik saja dan tetap berusaha menghindari perpecahan agar tidak terjadi sehingga mereka bisa membuktikan kalau isu yang beredar salah.

Yaah.., meskipun akhirnya perpecahan itu terjadi juga, tapi usaha mereka sebelum perpecahan itu resmi diumumkan, untuk tidak terlihat sedih di depan fans dan berusaha menutup rapat-rapat masalah internal mereka dengan tetap memberikan performance terbaik menghibur fans-fans mereka adalah benar-benar tindakan terbaik dari seorang idola.

Kalau saya membaca artikel mengenai perjuangan mereka dari awal audisi sampai sebelum perpecahan terjadi, sedih juga sih membayangkannya. Ketika kita harus berpisah dengan teman yang selalu ada di sebelah kita saat kita sedih. Di saat kita harus berpisah dengan teman yang selalu ada untuk membantu kita berjuang meraih kesuksesan. Itu bukan hal mudah untuk dilakukan.

Perkara setuju dan tidak setuju, dari sudut pandang personil, saya jelas tidak setuju dengan keputusan manajemen. Kalau saya personil Cherrybelle (ga sanggup deh ngebayanginnya, bisa-bisa Cherrybellenya dibilang sudah jatuh tertimpa kuda nil segede gajah yang badannya bengkak-bengkak) saya tidak mau sampai ada gonta-ganti personil. Salah satu harapan para personil Cherrybelle juga kan mereka ingin sampai, kalau bisa selamanya, tahun-tahun ke depan mereka bisa tetap bersembilan dengan formasi yang sama.

Yaahh.., walau bagaimanapun, sekarang Cherrybelle tidak akan sama dengan Cherrybelle yang saya suka sebelumnya. Sekarang saya harus berpikir ulang apakah yang saya akan tetap menyukai Cherrybelle atau tidak. Sorry to say, saya memang bukan fans sejati Cherrybelle yang akan mendukung Cherrybelle apapun keadaannya. Saya hanya menilai sesuatu berdasarkan bagus buruknya sesuatu tersebut di benak saya. Dan kalau pada nyatanya Cherrybelle ‘baru’ tidak lebih bagus dari Cherrybelle ‘lama’, bisa jadi saya tidak lagi suka dengan Cherrybelle. Sekali lagi saya katakan, kalau saya menempatkan diri sebagai personil, saya jelas tidak setuju dengan keputusan manajemen. Karena walau bagaimanapun tidak akan ada yang bisa mengganti Devi dan Wenda. Timnya tetap sama, tetapi permainan tim dengan pemain baru pasti akan berbeda. Mengganti kekompakan yang sudah diperjuangkan selama satu tahun dengan kekompakan yang diperoleh dari audisi dua hari, punya nilai dan arti yang kontras dan jauh berbeda. Masalah Cherrybelle 'baru' akan sukses atau tidak, biar waktu yang menjawab. Harapan saya pasti ingin mereka lebih sukses dari sebelumnya.


Saya juga ingin menekankan, para personil Cherrybelle tidak meraih kesuksesan mereka secara instan. Banyak perjuangan dan pengorbanan yang mereka lakukan. Mereka harus menjalani audisi, kemudian karantina dan training. Khususnya untuk Devi-Wenda, perjuangan mereka juga tidak mudah. Bahkan demi bisa bergabung di Cherrybelle, sudah banyak pengorbanan yang mereka lakukan, meskipun mereka belum tentu diterima untuk bergabung di Cherrybelle (bisa dibaca kisahnya di chibihome.wordpress.com). Jadi, kalau ada yang berkata kalau Cherrybelle itu memperoleh semuanya dengan instan, sayang sekali, anda salah besar. Karena, kebetulan saya kenal dengan salah satu dari mereka, meskipun cuma kenal sekilas saja, perjuangan dia hanya untuk bergabung di Cherrybelle saja sudah sangat berat. Bahkan dia harus rela mengorbankan waktu kuliahnya untuk bisa mengikuti audisi Cherrybelle. Yang jelas, sayang sekali bagi Devi-Wenda karena mereka harus merelakan mimpi dan harapan mereka yang sudah mereka perjuangkan dan lewati dengan pengorbanan itu hilang karena akhirnya mereka harus memisahkan diri dari Cherrybelle.

Kalau ada yang bilang mereka plagiat SNSD atau sejenisnya, tidak semua personil Cherrybelle mengerti tentang hal-hal yang berbau Korea. Mereka bahkan buta tentang Korea. Mereka hanya menjalani konsep yang sudah ada dan kebetulan konsep yang ada mirip dengan girlband Korea. Mereka menyanyikan lagu ciptaan orang lain, kalau masalah dance dan fashion, seperti yang saya bilang dari awal, semua orang pasti terinspirasi dan terpengaruhi oleh orang lain. Lagian saya tidak mengerti maksud dari orang-orang yang mengaku fans berat SNSD dan menghujat Cherrybelle dengan menuduh Cherrybelle sebagai plagiat SNSD. Hujatan dan kebencian kalian hanya akan membuat nama SNSD jelek karena dikenal memiliki fans yang kasar, dan juga tidak ada manfaatnya karena tujuan kalian hanyalah menjelek-jelekan orang lain, padahal kalian sendiri tidak kenal Cherrybelle secara personal, tapi kalian berani menilai mereka seakan-akan kalian jauh lebih baik dari mereka. Tidak perlu menghina orang lain dengan membangga-banggakan orang lain. Banggakan diri kalian sendiri dan tidak perlu menghujat orang lain. Buktikan saja kalian lebih hebat dari orang lain, karena itu akan lebih dari cukup untuk membuktikan kalau kalian benar daripada hanya sekedar menghujat belaka.

Saya pribadi juga setuju dengan pemilik address di atas, kehilangan Devi-Wenda adalah kerugian yang besar bagi Cherrybelle. Mereka kehilangan asset mereka yang sangat berharga. Wenda yang fasih berbahasa Mandarin sekaligus punya kemampuan akting dan talent-talent yang masih bisa jauh dikembangkan dan Devi yang termasuk ke dalam main vocal Cherrybelle dan punya porsi menyanyi di lagu-lagu Cherrybelle cukup banyak, harus keluar. Khusus untuk Devi, kualitas vocal dan aura yang dia miliki sangat ‘istimewa’. Apalagi waktu dia tampil solo di acara konser ulang tahun Cherrybelle. Dia punya kualitas vocal dan penampilan di atas panggung yang saya bilang paling bagus dibanding personil Cherrybelle yang lain.

Saya sebenarnya sih masih berharap seharap-harapnya kalau keluarnya Devi-Wenda hanya sekedar isu dan canda belaka. Semoga saja Wenda-Devi kembali tergabung di Cherrybelle.
Hal ini juga pasti memberikan ketakutan kepada tujuh personil Cherrybelle yang tersisa. Mereka mungkin yang awalnya merasa sudah berada di comfort zone alias mereka merasa tidak mungkin akan terjadi perubahan di formasi, jadi takut kalau suatu waktu posisi mereka sendiri yang akan digantikan di Cherrybelle. Hal itu nantinya akan menyebabkan personil-personil yang lain tidak lagi 'bekerja' di Cherrybelle dengan pure atau sincere (bingung saya gimana ngejelasinnya), tapi mereka jadi 'bekerja' karena adanya tekanan kalau mereka tidak tampil seperti yang manajemen inginkan, mereka akan dikeluarkan seperti yang terjadi terhadap Devi-Wenda. Waktu mereka sedang berada di puncak saja pergantian personil masih bisa terjadi. Bagaimana nanti kalau karir mereka sedang di bawah? Bongkar pasang udah kaya puzzle mungkin yaa...

Saya juga berharap skenario terburuk kalau Cherrybelle akhirnya benar-benar bubar tidak pernah terjadi.

Namun demikian, what’s done is done. Yang sudah terjadi, terjadilah. Saya tetap mensupport Cherrybelle agar mereka bisa berkarya sebaik sebelumnya, bahkan lebih sukses dari sebelumnya. Saya harapkan mereka bisa segera bangkit dari keterpurukan ini. Untuk Devi dan Wenda, semoga kalian berhasil dengan jalan dan pilihan kalian. Saya sih berharap (banyak banget ngarep dah. Ampun saya mah...!) Cherrybelle dan Devi-Wenda masih bisa berkarya bareng di dunia hiburan meskipun mereka sudah tidak lagi berada di bawah bendera yang sama. Seperti lirik lagu mereka, best friend forever, mereka bisa selalu menjadi sahabat walau apapun yang terjadi. Karena mereka tidak boleh lupa kalau banyak fans-fans 'kecil' mereka, yang mengidolakan mereka dan menjadikan mereka sebagai panutan, termasuk adik saya (saat menulis posting ini, saya belum menanyakan pendapat adik saya mengenai keluarnya Wenda-Devi. Secara saya juga jarang ketemu adik saya karena tinggal beda kota. Tapi saya yakin, adik saya pasti lagi mumet karena keluarnya Devi-Wenda. Secara dia juga ngefansnya sama Wenda.)

Mungkin sekian dulu postingan dari saya. Semoga bermanfaat untuk jemaah sekalian. Terima kasih untuk kedua orang tua yang sudah mendukung saya sehingga saya bisa menjadi seperti sekarang ini. Untuk keluarga yang lain, terutama adik saya karena sudah menjadi inspirasi terbesar saya dalam menjalani kehidupan. Untuk teman kuliah saya yang sekarang sudah bekerja di mana saya tidak tahu. Untuk semua teman-teman dan guru saya waktu SMA. Berkat kalian, saya bisa lulus SMA dengan nilai yang biasa-biasa saja. Untuk kucing peliharaan saya, Jessie, yang mati tanpa sebab setahun yang lalu. Untuk sm**t dengan koneksi internetnya yang 'lumayan' dibandingkan dengan provider lainnya. Dan untuk laptop saya yang masih bisa nyala meskipun sudah satu bulan penuh tidak pernah dimatikan.

Terima kasih. Sekali lagi terima kasih.

Salam merdeka.



Ass.

3 komentar:

  1. chibi chibi chibi, cadas mantap

    -asolole-

    BalasHapus
  2. Ulasannya jauh lebih detail dan tajam dari punya saya...hehehe. Saya baca tulisan ini dari awal sampai akhir. Mungkin butuh waktu sekitar 15 menit, soalnya panjang banget. Tapi salut aja deh. Pemikiran Anda cukup dalam dan jauh ke depan.

    Yang jelas, saya juga tidak suka pada fans SNSD yang suka menjelekkan Cherry Belle. Saya sendiri fans SNSD, tapi saya tetap suka Cherry Belle walau banyak yang menuding plagiat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Iskandaria...
      Semoga bisa menjadi masukan yang bermanfaat... :)

      Hapus